Dikki Akhmar: Partai Politik Menyimpang, Demokrasi di Indonesia Terancam

Potret Kalteng 30 Agu 2024, 12:32:09 WIB Politik
Dikki Akhmar: Partai Politik Menyimpang, Demokrasi di Indonesia Terancam

Keterangan Gambar : Keterangan Foto: Dikki Akhmar, S.Si., M.M (kanan), Anggota Dewan Pakar DPP PKS dan Rocky Gerung (kiri), pengamat politik.


JAKARTA - Beberapa waktu terakhir, situasi politik di tanah air menghadapi sejumlah tantangan besar. Bukan hanya soal kondisi politik yang memanas, namun juga soal krisis ideologi yang melanda partai politik di Indonesia.


Menurut Dikki Akhmar, Anggota Dewan Pakar dari Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kondisi partai politik saat ini sangat mengkhawatirkan. Partai politik dinilai telah jauh menyimpang dari ideologi yang seharusnya menjadi landasan perjuangannya.

Baca Lainnya :


Dikki Akhmar merasa sangat khawatir jika ideologi yang seharusnya menjadi pemandu arah perjuangan partai politik justru telah tereduksi menjadi sekedar alat untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Sehingga menurutnya, peran partai politik sebagai salah satu pilar penjaga demokrasi akan sangat diragukan dan esensi dari demokrasi itu sendiri nantinya menjadi terancam.


Dalam sistem demokrasi lanjutnya, partai politik harusnya bukan hanya menjadi alat untuk meraih kekuasaan, tetapi juga menjadi sarana membentuk kebijakan yang mencerminkan kehendak rakyat. Namun hal itu kini berbanding terbalik. Partai politik justru lebih fokus pada kepentingan jangka pendek, seperti upaya untuk mempertahankan kekuasaan ataupun sekedar mencari bagian dari kue kekuasaan.


"Situasi politik saat ini, semua partai sudah terlepas dari ideologi partainya. Sebagian dari mereka tersandera kasus korupsi, sehingga mereka hanya berupaya untuk menyelamatkan diri sendiri. Sebagian yang lainnya tersandera hasrat dan keinginan untuk terus berkuasa, sehingga menghalalkan segala cara untuk dapat mewujudkannya," ungkap Dikki Akhmar.


Dikki Akhmar juga khawatir jika kesenjangan pendidikan di Indonesia turut berkontribusi besar dalam memperparah kondisi yang ada. Konsep one man one vote yang menurutnya menempatkan setiap orang pada kondisi yang memiliki suara dan kedudukan yang sama, justru menjadi tidak berguna ketika para pemimpin atau elit politiknya tidak memiliki komitmen kuat untuk menjaga norma, tradisi, etika, dan standar moral yang tinggi dalam berdemokrasi.


Menurut Dikki Akhmar, diperlukan suatu pembelajaran dan pematangan berdemokrasi yang berlangsung secara konsisten. Baik melalui peningkatan pendidikan politik bagi rakyat, ataupun penyehatan dan pemugaran partai politik. Jika dalam kondisi lain masih muncul pesimistis untuk melewati semuanya, maka diperlukan sebuah krisis untuk menciptakan ruang baru bagi demokrasi di masa depan.


"Mungkin, kita perlu menghadapi krisis yang lebih parah sebelum muncul kesadaran yang kolektif untuk memperbaiki semua ini. Maka biarkan demokrasi di Indonesia ini hancur sehancur-hancurnya, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi yang bisa dihancurkan. Saat itulah, saya percaya, kita akan mulai berpikir untuk membangun kembali demokrasi dengan cara yang lebih baik dan benar," tegas Dikki Akhmar.


Reporter: Aris Kurnia Hikmawan 

Editor: Aris Kurnia Hikmawan







+ Indexs Berita

Berita Utama

Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment