Huma Betang, Warisan Suku Dayak yang Kian Tergerus Zaman

Potret Kalteng 29 Apr 2025, 11:09:59 WIB Palangka Raya
Huma Betang, Warisan Suku Dayak yang Kian Tergerus Zaman

Keterangan Gambar : Oleh: Andre Ananda Pratama


PALANGKA RAYA, POTRETKALTENG.COM - Beranjangsana ke Rumah Betang—rumah adat suku Dayak Kalimantan Tengah—menjadi pengalaman yang sarat makna. Rumah Betang yang terletak di Jalan Panjaitan Nomor 3, Palangka Raya ini mengingatkan kita pada kehidupan masyarakat Dayak tempo dulu, ketika belum ada rumah modern seperti sekarang. Di masa itu, masyarakat Dayak di daerah hulu sungai menjadikan Rumah Betang sebagai pusat permukiman.


Secara umum, Rumah Betang berbentuk rumah panggung dengan struktur memanjang. Bangunan ini terbuat dari kayu besi atau kayu ulin yang terkenal kuat. Panjang Rumah Betang dapat mencapai 30 hingga 150 meter, sementara lebarnya berkisar antara 10 hingga 50 meter. Rumah ini ditopang oleh tiang-tiang setinggi tiga hingga lima meter, memungkinkan hunian ini menampung hingga ratusan orang dalam satu atap.

Baca Lainnya :


Pembangunan Rumah Betang tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti arah hulu rumah yang wajib menghadap matahari terbit, dan hilir rumah yang menghadap matahari terbenam. Bagi masyarakat Dayak, hal ini merupakan simbol kerja keras dalam menjalani kehidupan dari fajar hingga senja.


Di dalam Rumah Betang terdapat ruangan tengah yang disebut pusat atau poros. Ruang ini berfungsi sebagai tempat berkumpul untuk berbagai aktivitas, baik keagamaan maupun sosial. Selain itu, kamar tidur disusun berjajar sepanjang bangunan, sedangkan dapur wajib menghadap ke aliran sungai, mencerminkan keterikatan erat masyarakat Dayak dengan alam.


Rumah Betang yang kini berdiri di pusat Kota Palangka Raya adalah replika yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Kini, bangunan tersebut lebih sering dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan maupun sarana pembelajaran budaya. Meski demikian, interior dan eksteriornya masih mempertahankan keaslian bentuk Rumah Betang tradisional.


Sayangnya, perubahan zaman, masuknya budaya asing, serta kondisi bangunan Rumah Betang di pedalaman yang semakin tidak layak huni membuat banyak masyarakat Dayak mulai beralih ke rumah-rumah individu bergaya modern. Hal ini menjadi salah satu faktor utama hilangnya Rumah Betang, menyisakan hanya kenangan dan cerita dalam sejarah.

-Andre Ananda Pratama







+ Indexs Berita

Berita Utama

Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment