Nilai Toleransi Dalam Beragama Tidak Boleh Hanya Bersifat Retorika Saja
Tim Redaksi

Potret Kalteng 20 Apr 2023, 18:39:26 WIB Palangka Raya
Nilai Toleransi Dalam Beragama Tidak Boleh Hanya Bersifat Retorika Saja

Keterangan Gambar : Plt. Ketua Sapma PP Kota Palangka Raya, M. Enrico Hamlizar Tulis, S.H


POTRETKALTENG.COM - PALANGKA RAYA - Dalam mendekati Hari Raya Idul Fitri yang kebetulan bulan Ramadhan bersamaan dengan Perayaan Hari Paskah membuat beberapa nilai toleransi, khususnya toleransi dalam kehidupan beragama, belum sepenuhnya mencerminkan gambaran ideal sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. 

Hal ini diungkapkan oleh Plt. Ketua Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila Kota Palangka Raya, Muhammad Enrico Hamlizar Tulis, S.H yang mengatakan bahwa setiap mendekati hari besar keagamaan ataupun mendekati tahun politik, kerap berbau sara dimainkan. 

"Padahal jelas pada Pasal 28 E ayat 1, bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya masing-masing," ujarnya. 

Baca Lainnya :

Pria yang akrab disapa Enrico Tulis ini mengtakan, pada Pasal 28 I ayat 1 bahwa hak beragama adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun serta Pasal 29 ayat 2, bahwa negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. 

"Dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia khususnya Kalimantan Tengah, saya merasa belum optimalnya implementasi nilai-nilai toleransi mengisyaratkan perlunya kita untuk bermawas diri serta mengubah paradigma dalam memaknai toleransi," ucapnya. 

Perlu ditekankan juga, toleransi dalam kehidupan beragama, tidak boleh hanya bersifat retorika yang hanya terlihat baik-baik saja di permukaan, namun rapuh dalam landasan fundamentalnya

Ditambahkan Enrico Tulis, dalam konteks kehidupan berdemokrasi, sikap toleransi pada ranah politik pun masih menyisakan beragam persoalan. 

Lantaran berdasarkan Survei Litbang Kompas, bahwa faktanya sekitar 77,8 persen responden merasa pesimis dan khawatir tergerusnya nilai-nilai toleransi pada Pemilu 2024.

Potensi intoleransi ini tentunya dipicu oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya kedewasaan politik masyarakat, kurangnya keteladanan pada tokoh politik dalam kontestasi politik secara sehat serta yang paling sering digunakan adalah penggunaan politik identitas.

Semua faktor tersebut dikhawatirkan menjadi pemicu terpinggirkannya sikap toleran dalam kontestasi politik dan turut memanaskan suhu politik. 

"Dalam kesempatan ini saya mengajak juga dalam momentum Hari Raya Idul Fitri, kita semua bisa menghindari itu semua," harapnya.


David







+ Indexs Berita

Berita Utama

Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment